Tantangan Guru Di Era Digital



Dosen dan konsultan BrainFit Singapura, Regina Chin mengatakan, para guru harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dalam menerapkan metode pembelajaran. Saat ini, para siswa tak terlepas dari sejumlah perangkat dan kemajuan teknologi. Menurutnya, penyesuaian penting agar guru bisa mengikuti pola pikir para siswanya. Hal itu dikatakan Regina saat mengisi seminar A Parenting and Educators Workshop “Different Child, Different Brain, Different Needs” di Binus Internasional School, Simprug, Jakarta, Rabu (24/8/2011). 

Workshop ini memberikan pertanyaan mendasar bagi para guru, yaitu “Is your school ready for 21st Century Student?”.

Regina memberikan contoh, dalam mengajar bahasa Inggris, setidaknya para guru harus memberikan dua kemampuan tambahan pada siswanya, yaitu viewing dan representing. Mengapa? Ia menjelaskan, anak-anak atau siswa memiliki begitu banyak gambar di kepalanya. Mereka cenderung visual. Sehingga, tak cukup hanya belajar dengan membaca saja. Para siswa harus diperlihatkan gambaran nyatanya. 

"Sebagai guru, kita juga harus ‘belajar’ bahasa anak-anak. Mereka familiar sekali dengan Short Message Service (SMS), blogging, e-mail, dan yang sekarang sedang semarak di US adalah vlogging alias video blogging, yaitu merekam aktifitas sehari-hari dengan kamera video dan diunggah ke dalam blog pribadi. Kita harus ikut belajar bahasa-bahasa SMS dan lainnya, agar kita tidak ketinggalan dan dibodohi oleh murid-murid” papar Regina.

Selain itu, menurutnya, para siswa ini juga sudah lebih kritis pemikirannya. Mereka pasti akan bertanya lebih mendalam jika guru tidak menjelaskan secara detil. Oleh karena itu, sebagai pengajar, Regina mengatakan, seorang guru harus melakukan inter-disciplinary approach alias pendekatan lintas bidang.

“Temukan arti dan maksud mendalam dari mata pelajaran yang kita ajarkan, lakukan hal-hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Jangan sampai mereka bosan dengan mata pelajaran tersebut," ujarnya.

Para pengajar juga diingatkan untuk melakukan refleksi atas pola pengajaran yang telah diterapkan, menggali dan menggali apa yang bisa dilakukan. 

“Kita harus menciptakan kegembiraan di dalam kelas maupun sekolah. Dengan begitu, anak-anak akan semangat dan senang pergi ke sekolah!” ujar Regina. 



Sumber : Kompas



Tidak ada komentar:

Posting Komentar